Kamis, 22 Oktober 2015

Penanggulangan Efek Limbah Cair pd Industri Tahu



PENGARUH KADARA AIR, DOSIS & LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

·    


  • ·       Latar Belakang
Limbah hasil dr industri tahu terbagi menjadi limbah padat&limbah cair. Bagi limbah padatnya mungkin bisa bermanfaat lagi untuk pakan ternak, sedangkan limbah cairnya  apabila langsung dibuang ke lingkungan atau ke sungai, maka akan mencemari  lingkungan sekitarnya. Sebab limbah cair dr industri tahu mengandung bahan-bahan organik yg amat tinggi. Senyawa-senyawa organik tadi berupa protein, karbohidrat, lemak, serta minyak yg sulit untuk diuraikan lagi oleh mikroorganisme di dlm limbah tahu tsb. Oleh sebab itu, limbah cair tsb haruslah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang kelingkungan untuk mengurangi kandungan pencemar yg menyertai limbah tadi.



  • ·       Pembahasan

Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dgn bahan dasar kacang kedelai yg sangat akrab, khusunya bagi masyarakat Indonesia & umumnya bagi masyarakat Asia. Limbah tahu adalah limbah hasil dr proses pembuatan tahu yg berupa limbah padat serta limbah cairnya. Sebenarnya yg menjadi permasalahan adalah limbah cair tahu tsb, sebab senyawa-senyawa di dlm limbah cair tsb tidak dapat diuraikan dengan baik oleh mikroorganisme di dalamnya. Suatu hasil studi di Medan, melaporkan bahwa air buangan dr industri tahu mengandung BOD(4583), COD(7050), TSS(4743), serta minyak/lemak(26mg/l). Menurut EMDI-bapedal melaporkan kandungan rata-rata BOD(3260), COD(6520), TSS(1500mg/l). Dua hasil temuan itu bila dibandingkan dengan kepMenLH Kep-51/MENLH/10/1995 ttg baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, kadar maksimum yg diperbolehkan untuk BOD(50), COD(100), TSS(200mg/l), maka limbah cair industri tahu tadi telah melebihi baku mutu yg disyaratkan.

Biji kelor dapat digunakan untuk alternatif sebagai koagulan yg tersedia secara lokal&alami. Biji kelor yg digunakan, dibiarkan sampai tua di pohon lalu dipanen. Setelah kering dengan kadar air kurang lebih sama dengan 10%. Maka adanya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh bahan koagulan pengolahan limbah cair yg relatif murah, sekaligus menambah nilai ekonomisnya.

Koagulasi adalah proses memanfaatkan ion-ion yg mempunyai muatan berlawanan dengan muatan koloid yg terdapat dlm limbah cair. Prinsip dasar proses koagulasi dengan terjadinya gaya tarik-menarik antara ion-ion negatif di suatu pihak dgn ion-ion positif di pihak lain. Ion negatifnya terdapat pd senyawa-senyawa limbah cair tahu, dan ion positifnya adalah koagulan hasil dr pengolahan biji kelor. Flokulasi dimana mikroflok hasil koagulasi mulai menggumpalkan partikel-partikel koloid menjadi flok-flok besar yg dapat diendapkan. Prosesnya terdiri dari 3 tahap, pertama tahap destabilisasi partikel-partikel koloid, tahap kedua pembentukan mikrofilik, dan terakhir tahap pembentukan makrofilik(proses tumbukan antara partikel-partikel koloid).

Biji kelor juga berperan sebagai koagulan yg efektif karena adanya zat aktif 4-alfa-4-rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate yg terkandung pd biji kelor. Zat aktif itu mampu mengadsorbsi partikel-partikel air limbah.



  • ·       Kesimpulan
Semakin rendah kadar air yg terdapat di dlm biji kelor(semakin kering biji kelor), maka semakin besar kemampuannya menurunkan turbiditas, TSS, &COD pada limbah cair industri tahu. Lalu semakin kecil(halus) ukuran serbuk biji kelor dan semakin banyak dosisnya, maka penurunan turbiditas, TSS, & COD juga semakin besar pula. Penambahan senyawa koagulan tidak mempengaruhi nilai pH limbah cair industri tahu. Lama pengendapan optimum adalah 60 menit, dengan penurunan turbiditas 77,43% ; COD 63,26% & TSS 90,32% pd dosis koagulan 5000mg/l, kadar air 7%, pH akhir limbah cair industri tahu 4, serta ukuran partikel koagulan 70 mesh. Terjadinya penyimpangan hasil penelitian yg diperoleh mungkin disebabkan karena tidak semua koagulan yang terkoagulasi&terflokulasi secara sempurna. Biji kelor merupakan kogulan yg efektif untuk limbah cair industri tahu, ini terlihat dari penurunan kadar turbiditas, TSS, &COD optimum yg diperoleh rata-rata melebihi 50%.



Dari hasil penelitian limbah cair industri tahu yg menggunak biji kelor sebagai bahan koagulan, terjadi penyimpangan pada tahap pembentukan makrofilik yaitu pada saat biji kelor berflokulasi dgn limbah cair. Penelitian selanjutnya untuk menyempurnakan pembentukan makroflik pd saat berflokulasi.