PENGARUH
KADARA AIR, DOSIS & LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI
ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
·
- · Latar Belakang
- · Pembahasan
Tahu merupakan salah
satu jenis makanan sumber protein dgn bahan dasar kacang kedelai yg sangat
akrab, khusunya bagi masyarakat Indonesia & umumnya bagi masyarakat Asia.
Limbah tahu adalah limbah hasil dr proses pembuatan tahu yg berupa limbah padat
serta limbah cairnya. Sebenarnya yg menjadi permasalahan adalah limbah cair
tahu tsb, sebab senyawa-senyawa di dlm limbah cair tsb tidak dapat diuraikan
dengan baik oleh mikroorganisme di dalamnya. Suatu hasil studi di Medan,
melaporkan bahwa air buangan dr industri tahu mengandung BOD(4583), COD(7050),
TSS(4743), serta minyak/lemak(26mg/l). Menurut EMDI-bapedal melaporkan
kandungan rata-rata BOD(3260), COD(6520), TSS(1500mg/l). Dua hasil temuan itu
bila dibandingkan dengan kepMenLH Kep-51/MENLH/10/1995 ttg baku mutu limbah
cair bagi kegiatan industri, kadar maksimum yg diperbolehkan untuk BOD(50),
COD(100), TSS(200mg/l), maka limbah cair industri tahu tadi telah melebihi baku
mutu yg disyaratkan.
Biji kelor dapat digunakan
untuk alternatif sebagai koagulan yg tersedia secara lokal&alami. Biji
kelor yg digunakan, dibiarkan sampai tua di pohon lalu dipanen. Setelah kering
dengan kadar air kurang lebih sama dengan 10%. Maka adanya penelitian ini
diharapkan dapat diperoleh bahan koagulan pengolahan limbah cair yg relatif
murah, sekaligus menambah nilai ekonomisnya.
Koagulasi adalah proses
memanfaatkan ion-ion yg mempunyai muatan berlawanan dengan muatan koloid yg
terdapat dlm limbah cair. Prinsip dasar proses koagulasi dengan terjadinya gaya
tarik-menarik antara ion-ion negatif di suatu pihak dgn ion-ion positif di
pihak lain. Ion negatifnya terdapat pd senyawa-senyawa limbah cair tahu, dan
ion positifnya adalah koagulan hasil dr pengolahan biji kelor. Flokulasi dimana
mikroflok hasil koagulasi mulai menggumpalkan partikel-partikel koloid menjadi
flok-flok besar yg dapat diendapkan. Prosesnya terdiri dari 3 tahap, pertama
tahap destabilisasi partikel-partikel koloid, tahap kedua pembentukan
mikrofilik, dan terakhir tahap pembentukan makrofilik(proses tumbukan antara
partikel-partikel koloid).
Biji kelor juga
berperan sebagai koagulan yg efektif karena adanya zat aktif 4-alfa-4-rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate
yg terkandung pd biji kelor. Zat aktif itu mampu mengadsorbsi partikel-partikel
air limbah.
- · Kesimpulan
Semakin rendah kadar
air yg terdapat di dlm biji kelor(semakin kering biji kelor), maka semakin
besar kemampuannya menurunkan turbiditas, TSS, &COD pada limbah cair
industri tahu. Lalu semakin kecil(halus) ukuran serbuk biji kelor dan semakin
banyak dosisnya, maka penurunan turbiditas, TSS, & COD juga semakin besar
pula. Penambahan senyawa koagulan tidak mempengaruhi nilai pH limbah cair
industri tahu. Lama pengendapan optimum adalah 60 menit, dengan penurunan
turbiditas 77,43% ; COD 63,26% & TSS 90,32% pd dosis koagulan 5000mg/l,
kadar air 7%, pH akhir limbah cair industri tahu 4, serta ukuran partikel
koagulan 70 mesh. Terjadinya penyimpangan hasil penelitian yg diperoleh mungkin
disebabkan karena tidak semua koagulan yang terkoagulasi&terflokulasi
secara sempurna. Biji kelor merupakan kogulan yg efektif untuk limbah cair
industri tahu, ini terlihat dari penurunan kadar turbiditas, TSS, &COD
optimum yg diperoleh rata-rata melebihi 50%.
Dari
hasil penelitian limbah cair industri tahu yg menggunak biji kelor sebagai
bahan koagulan, terjadi penyimpangan pada tahap pembentukan makrofilik yaitu
pada saat biji kelor berflokulasi dgn limbah cair. Penelitian selanjutnya untuk
menyempurnakan pembentukan makroflik pd saat berflokulasi.